Berdampak Buruk, Pendidikan di Finlandia Tinggalkan Perangkat Digital, Kembali ke Pena dan Kertas

Dunia sudah mencatat bahwa sistem pendidikan di Finlandia telah memperoleh pengakuan global atas hasil-hasilnya yang baik dalam beberapa dekade terakhir dan kesiapannya untuk mencoba teknik-teknik pengajaran baru.Demi mengiringi perkembangan zaman, di Finlandia pun banyak sekolah yang memberikan laptop gratis kepada semua murid sejak usia 11 tahun.

Saya kutip dari Inilah.com, Rabu (11/9/2024) Atas perkembangan pendidikan tersebut, para orang tua dan para guru di Finlandia, semakin khawatir akan dampak layar pada anak-anak.

Di Riihimaki, sebuah kota berpenduduk sekitar 30.000 jiwa, 70 km (44 mil) di utara Helsinki, sejak tahun 2018 telah berhenti menggunakan sebagian besar buku di sekolah menengah, mencoba sesuatu yang berbeda untuk memulai tahun ajaran, kembali ke pena dan kertas.

Oleh sebab itu, pada musim gugur (di Finlandia, musim gugur dianggap dimulai pada bulan September, meskipun sebenarnya cuaca musim panas di selatan akan berlanjut hingga akhir September. Di sisi lain, di utara, perubahan musim terlihat jelas sejak awal September), para siswa di kota Riihimaki, kembali ke sekolah dengan ransel penuh buku setelah satu dekade gencar menggunakan laptop dan perangkat digital lainnya di ruang kelas yang didukung negara.

Penyebabnya, ternyata, penggunaan perangkat digital yang terus menerus, selain mengganggu kesehatan, membuat banyak anak gelisah dan kurang fokus.

Pasalnya, kebanyakan siswa mengerjakan latihan secepat yang mereka bisa, demi mereka bisa melanjutkan bermain game dan mengobrol di media sosial.

Sebab, mereka tidak butuh waktu lama untuk mengubah tab di browser. Saat guru datang kepada mereka, mereka bisa berdalih: '"Ya, saya sedang mengerjakan latihan ini." Padahal sambil bermain game atau mengobrol di media sosial (medsos).

Atas penggunaan perangkat digital yang dimaksudkan untuk membantu pengembangan pendidikan, ternyata perangkat digital justru membuat hasil pendidikan anak-anak di seluruh Finlandia, perlahan menurun dalam beberapa tahun terakhir.

Hal ini mendorong pemerintah merencanakan undang-undang baru untuk melarang penggunaan perangkat pribadi, seperti telepon, selama jam sekolah guna mengurangi waktu anak-anak di depan layar.

Anak-anak saat ini begitu banyak menggunakan ponsel dan perangkat digital sehingga para guru tidak ingin sekolah menjadi salah satu tempat anak-anak hanya menatap layar, seperti diaampaikan oleh Maija Kaunonen, guru bahasa Inggris di sekolah menengah Pohjolanrinne.

Semetara, salah satu siswa Kaunonen, Elle Sokka, 14 tahun, mengatakan dia tidak selalu fokus pada mata pelajaran sekolah saat belajar secara digital. "Kadang-kadang saya akan beralih ke situs web lain," katanya.

 

Konsentrasi meningkat

Setelah sekolah meninggalkan perangkat digital, siswa kelas delapan Miko Mantila dan Inka Warro, keduanya berusia 14 tahun, mengatakan konsentrasi mereka meningkat sejak buku kembali tersedia. "Membaca, misalnya, jauh lebih mudah dan saya dapat membaca lebih cepat dari buku," kata Mantila, meskipun ia menambahkan bahwa menulis lebih mudah dilakukan pada perangkat digital.

Warro menambahkan bahwa: "Jika Anda harus mengerjakan pekerjaan rumah larut malam, akan lebih mudah untuk tidur jika Anda tidak hanya menatap perangkat."

Pernyataan Mantila dan Warro, diamini oleh Minna Peltopuro, seorang ahli saraf klinis yang bekerja di kota tersebut yang mengiringi perubahan pola pendidikan tersebut, menjelaskan bahwa total waktu yang dihabiskan di depan layar harus dikurangi hingga minimum.

Remaja Finlandia saat ini menatap layar hingga enam jam per hari rata-rata. Karena penggunaan digital yang berlebihan menimbulkan risiko fisik dan mental, seperti masalah mata dan meningkatnya kecemasan.

Selain itu, Peltopuro menjelaskan bahwa mengerjakan banyak tugas sekaligus, otak sangat rentan terhadap pekerjaan yang banyak dan terutama di usia muda, seseorang tidak dapat mengelolanya dengan baik.

Merdeka Belajar?

Maaf Mas Nadiem, sebelum lengser, di hadapan DPR, kan pamit dan nitip Merdeka Belajar. Apakah sudah ada penilitian dampak perangkat digital yang dijadikan ujung tombak Program Merdeka Belajar?

Finlandia saja, kini malah kembali ke pena dan kertas. Sadar bahwa dunia digital malah membuat belajar tidak konsentrasi. Menjadi celah para siswa, untuk mengelabui guru dan orang tua, padahal bermain game hingga bermedsos ria, bukan belajar atau mengerjakan tugas.

Dari sisi kesehatan, peggunaan perangkat digital berlebihan, menimbulkan risiko fisik dan mental, seperti masalah mata dan meningkatnya kecemasan, dll.

Sekali lagi, lihatlah Finlandia, sistem pendidikannya telah memperoleh pengakuan global atas hasil-hasilnya yang baik dalam beberapa dekade terakhir dan kesiapannya untuk mencoba teknik-teknik pengajaran baru. Tetapi, agar tidak terus berdampak buruk, demi kebaikan dan kebenaran, pendidikan di Finlandia kembali ke pena dan kertas.

 

Sekaligus menghentikan budaya tidak jujur/kebohongan siswa kepada guru dan orang tua dari penggunaan perangkat digital yang diselewengkan.

 

source https://www.kompasiana.com/ Kreator: Supartono JW

 

 

Kerjasama

Kerjasama dengan perusahaan, lembaga, instansi, dll.